PELATIHAN KELOMPOK TANI DAN KUNJUNGAN LAPANGAN GAPOKTAN MAGURU DESA PULUTAN

pulutan 15 Oktober 2018 10:23:32 WIB

Sidasamekta - Dalam rangka Pelatihan Kelompok Tani dan Kunjungan Lapang Budidaya Bawang Merah Gapoktan Maguru Desa Pulutan Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul , tepatnya hari Minggu 14 Oktober 2018 melakukan Studi banding ke Kelompok Tani Lestari Mulyo, Nawungan I, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Studi banding  ini diikuti oleh 65 orang, yaitu terdiri dari anggota Gapoktan Maguru , Perangkat Desa Pulutan, PPL Pendamping dan Babinsa,Babinkamtibmas Desa Pulutan Kecamatan Wonosari. Untuk lebih memahami tentang proses budidaya bawang merah yang dilakukan di Kelompok Tani Lestari Mulyo, para peserta aktif untuk bertanya dari proses pengolahan lahan, varietas yang digunakan, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit, proses panen dan pasca panen.

Secara umum teknis budidaya yang dilakukan di Gapoktan Maguru dan Kelompok Tani Lestari Mulyo tidak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah ketinggian tempat lahan budidaya di Kelompok Gapoktan Maguru  antara 20-30 Mdpl, sedangkan di Kelompok Tani Lestari mulyo 250 mdpl dan untuk jenis tanah juga berbeda di Kelompok Gapoktan Maguru Jenis tanah Hitam sedangkan di Kelompok Tani Lestari Mulyo berjenis tanah abu-abu.

Budidaya bawang merah di Kelompok Tani. Lestari Mulyo sudah dilakukan sejak tahun 1970an. Awalnya hanya dilakukan oleh 2 orang petani, karena terkendala masalah ketersediaan air. Namun seiring berjalannya waktu dan ditemukannya 2 titik sumber mata air yang cukup besar maka mulailah petani dari yang awalnya petani tembakau beralih menanam bawang merah.

Budidaya bawang merah di Kelompok Tani Lestari Mulyo jarang sekali mengalami serangan hama dan penyakit. Hal ini disebabkan karena tingginya kesadaran anggota kelompok dalam berorganisasi dan mematuhi kesepakatan kelompok, yang salah satunya adalah Tanam serentak. Toleransi waktu tanam adalah 12 hari. Lebih dari 12 hari maka anggota sudah tidak boleh lagi menanam bawang merah. Terdapat sanksi sosial apabila kesepakatan ini dilanggar, yaitu : resiko ditanggung sendiri dan tidak diberikan jatah air untuk penyiraman. Penyiraman tanaman pada budidaya bawang merah yang dilakukan antara 32-35 kali mulai dari penanaman. Tumpang sari bawang merah di Kelompok Tani. Lestari Mulyo hanya dilakukan di musim tanam kedua.

Budidaya bawang merah di Kelompok Tani. Lestari Mulyo, sama sekali tidak menggunakan pestisida kimia, namun untuk pupuk, selain pupuk kandang dengan dosis 40 ton/ha juga menggunakan pupuk anorganik meskipun dosisnya masih dibawah rekomendasi yang dianjurkan. Pupuk hayati yang sering diaplikasikan oleh mbah Warno (1 dari 2 petani yang bercocok secara organik) adalah menggunakan  rendaman sabut kelapa (yang masih basah)  selama 2-3 hari. Air rendaman tersebut  kemudian di tambah 2 sachet susu untuk  1 tong dengan cara disiramkan. Pupuk ini sebagai pengganti KCl yang diaplikasikan pada tanaman yang sudah berumur 25-30 hari dengan tujuan untuk menambah bobot umbi.

Pengendalian hama dan penyakit lebih ditekankan pada tindakan pencegahan. Hal yang menarik adalah bahwa di areal pertanaman bawang merah tidak ditemukan adanya bekas kemasan pestisida kimia. Hal ini sudah menjadi keputusan anggota kelompok dan juga adanya dukungan dari instansi terkait bahwa setiap hari Jum’at sore diadakan gerakan pengendalian dengan pertisida hayati baik yang disediakan dari instansi maupun dari anggota kelompok sendiri.

Pestisida hayati yang sering diaplikasikan oleh anggota kelompok di Kelompok Tani. Lestari Mulyo untuk pencegahan antara lain menggunakan bahan-bahan : 5 buah cabai merah ditambah puyang (empon-empon) untuk 1 tangki; Air rendaman serbuk gergaji dari kayu mahoni; air rendaman biji mahoni yang ditumbuk;  umbi gadung; dan biji kecubung.

Budidaya bawang merah yang dilakukan di Kelompok Tani. Lestari Mulyo bahwa dengan penggunaan  1 kg benih, rata-rata dapat menghasilkan 18-25 kg panen. Untuk pemasaran anggota kelompok tidak mengalami kesulitan karena musim tanam sudah diatur, sehingga para pedagang sudah hafal kapan saatnya panen atau bahkan sudah dipesan jauh hari sebelum panen. 

Dan untuk kunjungan lapangan  yang selanjutnya di  Kelompok Tani Pasir Makmur di Desa Srigading Sanden, Bantul, “Pasalnya, Kelompok Tani ini telah mampu dan berhasil mengolah lahan pasir yang dikenal kurang subur menjadi lahan pertanian yang luar biasa menghasilkan, dengan penerapan sistem pertanian irigasi kabut.

Sistem irigasi kabut merupakan inovasi teknologi berupa pengendalian suhu dan kelembaban udara di lahan pasir, dengan metode  penyiraman secara otomatis “Ini luar biasa. Penerapan sistem irigasi kabut ini bisa melipatgandakan hasil pertanian, khususnya cabai dan bawang merah.

Irigasi kabut yaitu sistem penyiraman tanaman dengan menggunakan air yang dipompa ke dalam pipa yang telah diberi titik-titik lubang kecil-kecil," katanya. Ia mengatakan dari lubang kecil-kecil pada pipa tersebut akan memancar air ke atas yang kemudian menjadi seperti kabut sehingga dapat menyirami tanaman pertanian.

Selain dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan para petani, katanya, penerapan teknologi inovasi pertanian di lahan marjinal berupa sistem irigasi kabut ini juga dinilai mampu membantu mewujudkan program pemerintah dalam mencapai swasembada pangan. Sehingga diharapkan, hasil komoditas pangan secara nasional dapat meningkat, yang pada akhirnya dapat menghentikan impor

 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung